Siaran Pers
Humas dan Protokol Setda Kota Depok
Selasa, 14 Oktober 2014
Bertempat di rumah tanaman Balaikota Depok, Walikota Nur Mahmudi Isma’il memanen sawi sebanyak 2 kwintal. Tak hanya sawi, disana juga ada cabe, terong, dan tomat. Kalau untuk cabe, telah dipanen dan didistribusikan ke rumah tangga aparatur yang mau menanam. Karena konsep tanaman cabe hanyalah pembibitan. Tanaman cabe merupakan tanaman yang tidak habis sekali panen. Tanaman cabe bisa dipanen setiap hari dan bisa bertahan 2–3 tahun. Berbeda dengan sawi yang habis dalam sekali panen. Karena itu, Saya menganjurkan kepada warga Depok, untuk setiap rumah minimal memiliki satu sampai tiga pohon cabe, ujar Nur Mahmudi.
Panen ini sebagai bukti bahwa pengolahan sampah menjadi kompos bisa berhasil dan bermanfaat. Sehingga kawasan kantor tidak perlu lagi membuat masalah tentang sampah. Proses pembuatan Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Balaikota, diawali dengan pertemuan para OPD. Disana diberikan penjelasan perlunya kita memulai proses pemilahan dan manfaat yang didapat. Kami juga terus mengevaluasi UPS, apakah praktiknya sudah bener atau belum. Kami juga membuat rumah tanaman sebagai sarana penyempurnaan UPS. Kawasan rumah tanaman diisi beberapa tanaman holtikultur dengan memanfaatkan kompos hasil UPS Balikota.
Pemimpin Kota Depok menginformasikan, kualitas kompos yang dihasilkan UPS Balaikota telah diuji di laboratorium Jepang dan Indonesia. Hasilnya kompos berkualitas tinggi. Sehingga kami bisa panen sawi sebanyak 2 kwintal hari ini, Selasa (14/10/14). Rumah tanaman ini merupakan contoh nyata pemanfaatan kompos yang diproses selama 3 bulan. Kompos ini dianggap sudah matang dan sesuai dengan standar nasional sehingga terbukti bermanfaat untuk menanam sayuran dan buah. Kompos yang dihasilkan UPS Balaikota juga sudah didistribusikan ke petani Belimbing dan petani lainnya. Distribusi kompos melalui Dinas Pertanian dan Disperindag Kota Depok.
Dengan contoh nyata ini, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat Depok, baik melalui gerakan perempuan optimalisasi pekarangan, KRPL, dan KKPL, untuk terus manfaatkan lahan pekarangan, dan saranan yang ada, baik di kantor maupun dirumah. Baik ditanah maupun di pot ataupun poliback, yang penting menanam. Kami terus mendorong dan memberi contoh aneka benih yang bermanfaat dan produktif bagi ketahanan pangan rumah tangga.
Hal tersebut bertujuan agar warga tidak mudah terbakar dengan isu kenakian harga holtikultur yang kadang melonjak. “Dengan megolah sampah sampah menjadi kompos, dan memanfaatkan pekarang untuk menanam, kita bisa tetap tenang dan tidak mudah terbakar isu tingginya harga cabe, bawang, dan tanaman holtikultur lainnya,” ujar Walikota yang tidak pernah membeli cabe karena memiliki tanaman cabe dirumahnya. (olas)