Humas dan Protokol Setda Kota Depok
Jum’at, 23 September 2016
Walikota Depok Mohammad Idris menceritakan pengalaman yang cukup menggelitik saat menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor. “Lagu jembatan merah menjadi kenangan yang begitu mengesankan,” kenang Pemimpin Kota Belimbing sebelum membahas buku sejarah Trimurti Gontor.
“Buku ini sangat bagus karena semua orang (walau bukan orang pesantren) bisa mengetahui sejarah Gontor dan mempelajari kisah-kisah keteladan para pendiri Gontor. Penyajiannya juga bagus karena menggunakan bahasa yang ringan dan sederhana,” tutur Idris mengapresiasi buku yang diprakarsai oleh Alumni Gontor Tahun 2000 (Laviola Generation).
Tak hanya apresiasi, Alumni Gontor ini pun memberikan kritikan terhadap buku yang membahas penulusuran jejak sintesa dan genealogi berdirinya pondok modern Gontor. Dalam buku juga dikisahkan perjuangan tiga pendiri gontor, yaitu KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi. “Perkaya juga nilai contoh dan sikap konkrit keteladanan dari para santri dan alumni agar bisa memberikan gambaran nyata tentang proses dan perkembangan Gontor yang kian sukses,” ungkap Idris.
Idris melanjutkan, banyaknya contoh bisa mempermudah dalam memaknai perjuangan tiga pendiri Gontor. Karena banyak masyarakat yang hanya melihat sukses yang telah dicapai, tanpa melihat perjuangan dan air mata dalam proses menuju sukses. “Semoga buku ini bisa membuat masyarakat lebih mengenal dan dekat dengan Gontor. Dan semoga masyarakat bisa mengambil keteladanan yang terdapat dalam buku ini,” harap pria kelahiran Jakarta.
Pembahasan buku sejarah Trimurti Gontor berlangsung di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, Jumat (23/9/16) sore. Pembahasan tersebut dikemas dalam kegiatan talkshow nasional studi budaya di pesantren dan bedah buka Trimurti Gontor. Kegiatan yang digagas oleh FIB UI, dihadiri oleh Wakil Dekan FIB UI beserta para dosen, Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijain, para peneliti pesantren, dan mahasiswa UI. (olas)