Siaran Pers
Humas dan Protokol Setda Kota Depok
Rabu, 20 Januari 2016
Ada pemandangan yang tak biasa di Terminal Depok, Selasa (19/1/2016) jelang siang hari. Dimana Walikota Depok, Nur Mahmudi Isma’il menjajal menjadi supir Angkutan Kota (Angkot). Dengan berbekal SIM A Umum yang di milikinya, Nur Mahmudi menjajal Angkot D.11 dengan nomor polisi B 1449 UL yang biasa dibawakan oleh Nur Fatoni yang selama enam bulan terakhir menjadi supir Angkot D.11 tersebut.
Jelang siang itu, pemimpin kota belimbing memulai petualangannya menjadi supir angkot dari Terminal Depok. “Saya diminta menjajal Angkot D.11 dengan menjadi supir, namun sesuai dengan legalitas yang ada,” ujar Nur Mahmudi sebelum melajukan Angkotnya. Dirinya mengungkapkan, untuk menjadi supir Angkot di Depok, harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mulai dari memiliki SIM A Umum, kendaraan layak jalan, menggunakan seragam hingga persyaratan administrasi lainnya harus lengkap.
Nur Mahmudi mengatakan bahwa ini adalah kali pertama dirinya menjajal menjadi supir Angkot. Mengenai cara menaikkan atau menurunkan penumpang, dirinya banyak bertanya dan bekerjasama dengan Nur Fatoni yang telah terbiasa membawa Angkot D.11. Penggagas ODNR ini juga meminta Nur Fatoni untuk mendampinginya saat membawakan Angkot.
Sebelumnya Nur Fatoni memberikan beberapa saran kepada Nur Mahmudi sebelum melajukan Angkot perdananya. Nur Fatoni mengatakan bahwa untuk menjadi supir Angkot itu harus legowo. Dia juga berpesan agar mengendalikan emosi saat membawakan Angkot. “Biasanya kan pengendara motor suka nyalip dan memotong jalan. Kalau terbawa emosi bisa fatal, jangan sampai terjadi, kita harus tetap berkepala dingin,” pesan Nur Fatoni pada Walikota Depok.
Kemudian, Nur Fatoni juga menceritakan, ada kalanya penumpang membayar tarif dibawah harga yang sudah ditentukan. Untuk trayek Angkot D.11 tarif untuk jarak dekat ialah Rp.3000 sedangkan untuk jarak jauh Rp.4000. “Jadi kalau penumpang bayar dibawah standar, jangan terlalu risau. Tapi juga jangan sampai semua membayar dibawah standar, bisa rugi nanti,” kata Nur Fatoni seraya bergurau.
Lebih lanjut, Nur Fatoni juga mengingatkan Walikota untuk senantiasa melihat spion belakang ketika menaikkan penumpang, untuk memastikan penumpang apakah sudah benar-benar duduk. Begitu pula ketika menurunkan penumpang. “Kalau belum duduk, tau-tau mobil jalan, penumpang bisa jatuh didalam angkot. Karena keselamatan penumpang harus diutamakan,” jelas Nur Fatoni.
Sementara itu, Nur Mahmudi berhasil membawa Angkot D.11 dengan Jurusan Terminal Depok-Pal-Terminal Depok. Usai mengemudikan Angkot D.11 dan kembali ke Terminal Depok, penggagas ODNC ini menuturkan pengalamannya menjadi supir Angkot. “Perasaan saya saat menjadi supir angkot pertama tadi saat saya mendapat penumpang cuma dua, saya berpikir akan jadi rugi kalau seperti itu. Tapi ketika balik dari PAL sepertinya saya kebanjiran penumpang. Pertama was-was, kedua kebanjiran penumpang,” ujar Walikota. Beliau juga mengatakan bahwa trayek D.11 adalah trayek yang sangat kompetitif mulai dari jumlah angkotnya ada 140 kemudian jalur-jalurnya yang bersinggungan dengan Angkutan lain, mulai dari Angkot 112 jurusan Kampung Rambutan dan Angkot 128. Sehingga drivernya harus sangat sabar dan harus cerdik, harus cepat-cepat ambil peluang, bisa mengira-ngira atau mempunyai felling mana yang akan jadi penumpang dan mana yang tidak dan juga tidak boleh gondokan. “Kalau gondokan malah tambah nyenggol jadi masalah. Jadi kalau lagi kalah dengan yang lainnya, ya nerimolah,” tutur Nur Mahmudi.
Orang nomor satu di Depok ini juga menyampaikan beberapa pesan kepada para supir Angkot. Diantaranya agar para supir Angkot jangan boros, karena pendapatannya harian. Kemudian agar supir Angkot manfaatkan penghasilannya dengan sebaik-baiknya. Selain itu beliau juga berpesan agar para supir Angkot menciptakan keluarga yang harmonis, kemudian menciptakan putra-putri yang sukses, punya cita-cita yang baik dan memotivasi mereka menjadi putra-putri yang berhasil. “Di Kota Depok kota yang sangat berdekatan dengan semua perkembangan informasi, perkembangan nasional maupun internasional, ada UI, Gunadarma dan STT Nurul Fikri. Itu semua adalah pusat atau tempat kita belajar tentang IT maupun jurusan yang lain. Jadi saya berharap para supir angkot tidak merasa rendah diri, tetap mereka adalah anak bangsa yang bisa maju,” tutur Nur Mahmudi.
Beliau juga berpesan agar Dishub jangan terlalau cepat memutuskan menambah jumlah kendaraan atau armada angkutan. Kemudian perlunnya ada peremajaan pada angkutan dan juga memperhatikan peluang trayek yang potensial untuk bisa dilayani. “Terakhir kita harus siap-siap melakukan peng-integrasian dengan system transportasi Jabodetabek agar betul-betul eksistensi sarana transportasi kita akan saling melengkapi antara kebutuhan kegiatan ekonomi yang ada di Depok maupun di Jabodetabek,” ujar Walikota yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 26 Januari mendatang. (mira)